Minggu, 24 Februari 2013
BAIM : IBUKU DIGONDOL WONG
BAIM : IBUKU DIGONDOL WONG
Namanya bagus, Maulana Ibrahim, biasa dipanggil Baim. Usianya baru 3 tahunan. Bocah itu duduk di samping Andi di kereta menuju Madiun.
Setiap orang yang melihatnya pasti akan jatuh hati padanya. Kulitnya putih, matanya “belo” dg bulu mata yang sangat lentik untuk ukuran lelaki seperti ayahnya, pipinya tembem menggemaskan, apalagi tingkah dan ngomongnya. Baim bersama ayahnya naik dari Bekasi, sama seperti Andi. Ayah Baim baru berumur 30-an, cukup ganteng juga dengan perawakan proposional.
Dalam perjalanan di kreta yang cukup nyaman, Baim menjadi hiburan tersendiri. Selain ngomongnya cukup lancar walau masih cedal, Baim juga komunikatif. Setiap pertanyaan selalu dijawab dengan gaya medok semarangan menggemaskan. Jika ditawarin makanan akan diterima kalau Baim suka.
Ketika ibu di depan kami menanyakan “ Baim kok cuma sama Ayah, ibunya mana ?”
“ Ibuku digondol wong” jawab Baim dg polosnya.
Ibu itu tertegun, begitupun penumpang yg lain. Andi melirik Ayahnya. Ayah Baim tersenyum kecut.
“ Ibunya sudah pergi dengan lelaki lain saat Baim belum genap setahun” sambung Ayah Baim. “ Mungkin ga tahan dg kehidupan ekonomi kami yg saat itu sedang mengalami keterpurukan. Usaha saya bangkrut. Ibunya pergi dengan temen chattingnya di dunia maya dan jejaring sosialnya. Sampai sekarang ga jelas keberadaannya, statusnya pun ngantung. Sebenarnya saya juga rela kalau dia minta pisah dengan saya. Saya pinginnya pisah dengan baik-baik, kalau seperti ini kan kasihan Baim. Tapi sudahlah…..itu masa lalu. Saya sudah memaafkannya. Eh..maaf jadi curhat….hehehe…”
“ Nga pingin cari ibu baru untuk Baim mas?” Tanya Andi
“ Hmm…pingin seh, tapi apa ada yang mau sama saya. Nantilah…kalau Baim sudah gede. Sekarang saya sedang kosentrasi dengan usaha saya ini. Biasanya kalau usaha sudah berhasil jodoh akan lebih mudah. Smoga ga akan jatuh pada lubang yang sama. Masa lalu menjadi pelajaran bagi saya.”
Andi terdiam. Pernikahan kalau hanya dilandasi kepentingan materi beginilah akhirnya. Ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar