Minggu, 23 Oktober 2016

Dimas : Masjid Ramah Anak...

Dimas : Masjid Ramah Anak...



Namanya Dimas.  Usianya baru  2 tahunan.  Wajahnya imut, pipinya gembil menggemaskan.  Tingkah polahnya pun membuat tersenyum semua jamaaah Masjid. Setiap masuk Masjid Dimas kecil muter salaman dengan jamaah yang lebih dulu ada.  Dimas selalu nginthil (ikut) ayahnya ke Masjid.  Jika ayahnya ga ada, Dimas di antar ibunya.  Sholatnya di samping ayahnya di barisan depan.  Dan tertib, seperti sholatnya orang dewasa.  Buat bocah sekecil itu sholatnya rapi ga jalan-jalan adalah hal yang luar biasa.  Saat ada taklim.....Dimas duduk dipangkuan ayahnya kadang sampai tertidur.  Jarang ada yang seperti itu. Itulah kenapa Dimas kecil di sukai oleh semua jamaah.  Ada yang suka nyubit gemas pipinya yang sedikit tembem.  Ada yang suka meluk dan ada juga yang suka nyium sayang keningnya. Dimas cukup populer dikalangan jamaaah Bapak-bapak.  Itulah Dimas anak 2 tahunan.  Jamaah merasa ga terganggu dengan keberadaannya, justru mencarinya saat Dimas ga ada.

Apakah anak kecil harus semua seperti Dimas atau bisa seperti Dimas semua?
Tentu tidak.  Setiap anak punya karakter dan sifat masing-masing.
Apakah kalau ada anak yang ga seperti Dimas ga boleh ikut / berada di Masjid ?
Tentu juga tidak.......namun tentu ada syarat & ketentuan yang berlaku.

Punya anak seperti Dimas tentu menyenangkan.  Apalagi jika sifat tersebut bisa sampai dewasa.  Punya anak selusin pun rasanya enjoy saja kalau kecilnya sampai dewasa bisa seperti Dimas kecil, rajin ke masjid, tertib, sopan & perilakunya menyenangkan.  Itu adalah idealnya.  Namun ga semua anak bisa sepeti itu.

Kadang ada anak yang kecilnya penurut tapi saat dewasa malah nakal.  Begitu pun sebaliknya, ada yang saat kecilnya suka bikin gaduh namun saat gedenya taat.  Ada jua yang kecilnya manis saat dewasa pun penurut (walau jarang juga).

Nah....bagaimana agar Masjid kita ramah terhadap anak-anak?  Kita bisa mendidik anak mencintai masjid tapi ga mengganggu jamaah lainnya.  Tentu ini tugas kita bersama.  Tugas orang tua (khususnya ayah) dan kita sebagai jamaah.



Sebagai orang tua.......
* Pastikan kita memahami karakter anak kita ( apakah dia verbal, audio atau kinestetik). 
* Anak-anak pada umumnya ga bisa seperti Dimas.  Jadi untuk anak yang berusia Balita apalagi Batita   sebaiknya diajarkan sholatnya di rumah.  Karena anak seusia itu belum bisa paham dinasehati untuk tertib, apalagi anak kinestetik.
* Sewaktu-waktu Jika harus di ajak ke Masjid.....beri pengertian tentang adab di masjid.
*  Kenakan baju yang bagus (misal baju koko) & peci.  Agar merasa berbeda antar baju main & baju ke masjid.
* Jika berada di masjid....ambil posisi pinggir belakang dekat pintu agar mudah keluar saat dibutuhkan.
* Jika anak diajak ikut taklim.....bawalah misalnya kertas & pensil warna/ krayon, agar anak punya kegiatan yang ga mengganggu taklim.  Jangan membawa mainan yang dapat membuat kegaduhan.
* Di dalam Masjid....pastikan anak dalam pantauan kita.  Jangan gabung dengan anak lain lebih dari 2, karena kalau udah 3 atau lebih biasanya ngobrol,  berlarian & gaduh.
*  Jika memang anak kita sering mengganggu kenyamanan jamaah lainnya.....maka lebih baik ga diajak ke masjid.  sebab maslahat untuk orang banyak harus didahulukan daripada maslahat pribadi.

Sebagai Jamaah.....
*  Jangan Baper/ emosional jika ada kegaduhan anak-anak  Boleh jadi itu adalah cara anak-anak mencintai Masjid sambil bermain.  Kelak saat dewasa merekalah yang akan memakmurkan masjid.
*  Jika ada anak Batita/Balita yang buat kegaduhan....cari ortunya agar anak tersebut dikendalikan (lebih baik ga diajak ke masjid)
*  Jika ada anak  ( di atas Balita) buat kegaduhan......nasehati dg persuatif/ baik agar anak tetap bisa ke masjid namun tertib.
*  Harus ada yang jadi (satpam) anak-anak.....menertibkan mereka.  Bersiap segera sebelum iqqomah agar bisa di atur shaf mereka.  Selipkan mereka diantara jamaah dewasa agar ga bercanda saat sholat.
*  Beri ruang yg nyaman buat aktifitas mereka, setelah nyaman baru di buat peraturan
*  Mulai melibatkan anak remaja untuk kegiatan Masjid.

Buatlah masjid yang ramah anak-anak.  Tidak melarang anak-anak masuk masjid. tapi tak juga membiarkan mereka membuat kegaduhan tanpa aturan.....semoga bermanfaat.

Rabu, 19 Oktober 2016

Alif : Aku ingin kakiku bisa mengantarkanku & Ayah Bundaku ke Surga....

Alif : Aku ingin kakiku bisa mengantarkanku & Ayah Bundaku ke Surga....

" Seorang yang berjalan ke masjid, maka tiap langkah kakinya akan diberikan satu pahala, dihapuskan satu dosa, dan dinaikkan satu derajat oleh Allah SWT."
(Ibnu Majah:277,Muslim:1068 dan 1065).



Namanya Alif.....usianya baru 8 atau 9 tahun.  Alif kecil sering terlihat di masjid saat maghrib, isya dan subuh.  Abu Raihan sering bertemu dengan Alif di ujung gang dekat masjid saat Subuh menjelang.  Biasanya di antar bundanya.  Suatu hari saat selesai maghrib, Abu Raihan punya kesempatan untuk bercengkerama dengan Alif kecil di serambi masjid.
" Sayang....sini duduk sama om....namanya siapa?"
" Alif om "
" Alif tinggal dimana?"
" Di gang sebelah masjid "
" Baru di sini ya..."
" Iya om.....Alif baru pindah dari Padang "
" Ooo...pantes om baru lihat.  Biasanya di antar Bunda ya kalau Subuh.  Ayah kemana?"
Alif diam sejenak......matanya berkaca seraya memandang ke taman masjid.
" Ayah Alif sudah meninggal om....3 bulan yang lalu, makanya Alif pindah ke sini "
" Oh...maaf..."
" Makanya om....Alif harus rajin ke masjid, biar bisa mendoakan ayah agar masuk syurga.  Alif ingin kaki Alif bisa menjadfi saksi untuk mengantarkan Alif ke Syurga.....juga bisa mendoakan ayah & bunda masuk syurga juga "
Abu Raihan terdiam......
Kalimat terakhir dari Alif kecil sangat menghujam di hati......

Jika kaki ini ga mampu mengantarkan ke masjid.....bagaimana bisa kaki ini mengantarkan ke surga ??
Abu Raihan bisa menghitung jamaah aktif yang biasa di masjid......tak lebih dari 3 shaf itu pun sudah sama anak-anak.  Orang muslim yang tinggalnya di sekitar masjid pun masih banyak yang enggan berjamaah.  Bahkan pengurus masjid jua masih bayak yang meninggakan berjamaah.  Bukankah seharusnya pengurus masjidlah yang ada di shaff depan dalam berjamaah.  Pengurus masjidlah yang semestinya hadir lebih awal dalam setiap acara-acara masjid.  Karena pengurus masjid adalah jamaah inti.  Bagaimana mau memakmurkan masjid dan mengajak berjamaah warganya kalau pengurusnya saja malas ke masjid.  Dan itu adalah prolema setiap masjid.
Soal keilmuan......mereka bukan orang-orang yang bodoh, bahkan dari pengurus masjid banyak yang berlatar belakang sekolah agama/ pondok.
Jadi soal keutamaan sholat berjamaah sudah tahu.  Shalat jama’ah memiliki keutamaan dibanding shalat sendirian dengan selisih 27 derajat sebagaimana sering kita dengar. Inilah keutamaan shalat jama’ah tersebut. Disamping itu, orang yang menunggu shalat di masjid juga akan mendapat pahala dan do’a malaikat. Begitu pula ketika seseorang sudah berjalan dari rumahnya menuju masjid, itu pun sudah dihitung pahalanya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ

خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ

اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ

“Shalat seseorang dengan berjama’ah lebih banyak pahalanya daripada shalat sendirian di pasar atau di rumahnya, yaitu selisih 20 sekian derajat. Sebab, seseorang yang telah menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan untuk shalat, tiap ia melangkah satu langkah maka diangkatkan baginya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya, sampai ia masuk masjid. Apabila ia berada dalam masjid, ia dianggap mengerjakan shalat selama ia menunggu hingga shalat dilaksanakan. Para malaikat lalu mendo’akan orang yang senantiasa di tempat ia shalat, “Ya Allah, kasihanilah dia, ampunilah dosa-dosanya, terimalah taubatnya.” Hal itu selama ia tidak berbuat kejelekan dan tidak berhadats.” (HR. Bukhari no. 477 dan Muslim no. 649).

Nah sekarang adalah masalah implementasi dari ilmu tersebut.  Ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah.  Amal tanpa ilmu bisa tersesat.
Yok ke Masjid.....