Jumat, 30 Januari 2015

Aulia : Surat To Adik Tersayang

Aulia : Surat To Adik Tersayang



Hari ini Zahra berkunjung ke pondok kakaknya di Solo.  Boleh jadi ini kunjungan terakhirnya, karna pekan depan dia pun akan masuk ke Pondok di Bogor.  Waktu begitu cepat berjalan.....kak Aulia baru 2 bulan di pondok, saat masih di rumah bersama belum ada rencana Zahra untuk masuk ke pondok Tahfidz yang memang pondoknya belum buka untuk perempuan.  Baru di buka bulan kemarin dan Zahra pun  di terima.  Zahra pun harus meninggalkan temen-temannya yang baru 2 bulan bersama di kelas 4. 

Saat pertemuan dengan kakaknya.......kak Aulia banyak berpesan dengan suratnya :

Surat to Adik tersayang :

Sekarang saatnya kamu belajar jadi anak yang mandiri.  Jangan malas lagi ! Belajar yang rajin, hafalannya diulang-ulang terus.
Afatul'ilminnisyaanu ( Bencana ilmu adalah lupa).
Jangan suka malas & lalai, hafalan yang bener, bersungguh-sungguh, mudah-mudahan kamu beneran menjadi apa yang dicita-citakan umi & abi menjadi hafidzoh.  Jaga kesehatan & kebersihan.
Maaf kakak ga bisa ikut ngantar kamu ke pesantren.  tapi doa kakak ikut menyertai.
Sebenarnya kakak sedih pas tahu kamu masuk ke pesantren.  nanti kalo kakak pulang ga ada yang nemenin di rumah, tidur sendiri, ga ada yang diajak bercanda lagi.  Rumah jadi sepi, ga ada yang bantuin umi.  Ga ada lagi yang buat kakak ketawa sampe kencing di clana..hehe.
Tapi ga papa....yang penting kamu bsa jadi hafidzoh yang baik.  kakak sayang kamu.......
Maaf kalo kakak punya salah....kamu baik-baik di sana.  Insya Allah nanti kalo kakak libur bakal berkunjung ke pesantren kamu.  Doain smoga kakak betah di sini, walau nanti kakak nanti ga jadi hafidzoh.....masih ada adik yang jadi harapan.  Jangan berubah nanti kalo pulang dari pesantren.  soalnya kakak nanti pasti kangen kamu.
Adik pergi untuk berjihad kakak ridhoi tapi kalo adik pergi untuk main-main kakak ga ridho.  Jadilah anak kebanggan ortu.
Sekali lagi kakak minta maaf...kalo saat itu pernah mbentak adik, bikin adik marah, nyuekin adik kalo ada temen di sekolah SD.  Maaf jua kalo kakak sering mintain uang adik yang seharusnya ditabung.....rajin nabung ya....
di sana nanti kamu harus rajin.  Kalo kamu malas-malasan semua bisa berantakan.  Karna kakak ga mau adik ketinggalan dengan temen2. Perbanyak sholat tahajud.
Kakak kasih hadiah buat adik......maaf kalo ga seberapa...habis disini kakak harus hemat.
Oh iya....nanti kalo adik sudah di pondok...ga boleh cengeng ya....harus kuat menahan rindu.  Pesan kakak teruslah tersenyum....jangan buat senyummu berkabut kesedihan.
Kakak sayang adik.....
(okt'14)

Kak Aulia.

Minggu, 18 Januari 2015

RETNO : My Single is My Happy

RETNO : My Single is My Happy 


    “Assalamu’alaikum….Yuni ya…”, pekik seorang perempuan seraya menatap orang di sampingnya di toko buku.
    “ Wa’alaikum salam warahmatulah….Retno ya. Subhanallah….apa kabar?”
    “ Alhamdulillah”
    Keduanya berpelukan lama sekali. Ditatapnya sohib SMAnya dari atas ke bawah.
    “ Ada apa…ada yg yg berubah ? Tambah subur ya…?”
  
Pertemuaan tak sengajanya dg Yuni, sohib SMA dulu membuat hatinya makin hampa. Sama2 diterima di IPB melalui jalur PMDK, 4 tahun tinggal serumah walau mengambil jurusan yg berbeda.  Retno ke Jepang dg beasiswanya melanjutkan S2, sementara Yuni ikut suaminya setelah menikah.
  
Hampir 4 tahun tak berjumpa setelah kepergiannya melanjutkan studi kemudian bertemu disebuah toko buku adalah suatu kejutan besar  Rasa kangen yg meluap ditumpahkan dg obrolan yg asyik dicafe dekat toko itu.
 
 “ Maaf Ret…aku kehilangan kontakmu setelah keluargamu  pindah ke Bandarjaya & kau sendiri pindah apartemen ga kasih kabar”
    “ Iya…..aku juga kehilangan kontakmu saat  kau pindah ke Banjarmasin. Tapi kok sekarang ada di sini?”
    “ Suamiku lagi ambil S3 di Kehutanan IPB. La kau sendiri? Lagi liburan?”
    “ Lagi libur musim dingin & kebetulan ada urusan di kampus”
    “ S2mu sudah beres?”
    “ Alhamdulillah……Desertasiku juga sudah diterima. Bulan depan aku mau terbang lagi ke Kyoto.”
    “ Barokalloh ya……smoga ilmunya nanti bermanfaat bagi masyarakat.  Tapi kok kelihatanya ga suka? Ada apa?”
    “ Ah ga apa apa kok”
    “ Oh iya ….maaf ya Ret…aku harus jemput anak2 di sekolah.  Mampir ke rumah ya, mumpung masih diBogor.  Nanti kita lanjutkan obrolannya, aku kenalkan juga dg malikat2 kecilku…awas lo ya kalau enggak. Bisa kualat”
    “ Ok…aku juga mau ke perpustakaan kampus.  Sudah lama ga nengokin. Insya Allah deh nanti aku pasti mampir”
  
Di perpustakaan Retno mencoba membaca. Namun sesungguhnya pikirannya melayang-layang. Memang seharusnya Retno bahagia, proposal S3nya diterima oleh Prof. Oshimura. Ini berarti 2 tahun lagi ia bisa menikmati indahnya Kyoto saat musim semi.  Namun ada saatnya seseorang tidak bergembira menerima sesuatu yg seharusnya membahagiakannya.  Demikian yg dirasakan Retno.
    “ Apakah aku bersedih?” gumamnya.  Bukankah ini keputusanku.  Jika aku sudah mengambil pilihan masa depan, seharusnya aku tak boleh bersedih.
  
Sebagai mahasiswi, Retno tergolong cerdas & manis juga.  Retno menyadarinya. Pria mana yg tak tertarik pada perempuan yg berwajah manis, berkulit kuning langsat dg mata berbinar bagai bintang pagi ditambah otak yg cemerlang.
 
 Semasa SMA siapa yg ga kenal dirinya.  Dg Yuni selalu menjadi andalan sekolahnya setiap lomba cerdas tangkas juga dalam karya ilmiah. Hanya dg Yuni, rival sekaligus sohibnya dia bersaing dan dapat mengalahkannya diakhir studinya, Yuni runner up dari 4  kelas A2 (Biologi). Retno the best.  Namun keduannya sama2 ke IPB, Yuni memilih GMSK, sedangkan dia ambil TIN.
  
Saat tingkat I, Retno banyak dikerumuni mahasiswa. Banyak yg mengincarnya. Tapi sejak remaja, ia pemilih. Pacarnya harus pria cakep, badannya proposional & kaya.  Pria itu juga harus menjadi pujaan para gadis tapi sementara itu dia harus mencintainya seorang. Dia ingin menjadi pemenang mutlak.
  
Di tingkat II, pandanganya mulai berubah seiring dg hijrahnya.  Calon suaminya kelak (bukan pacar) haruslah pria aktivis, lebih tua & cerdas agar bisa membimbingnya.  Tak lupa juga harus handsome serta berkecukupan. Namun Retno belum tertarik untuk memikirkan lebih serius.  Dia hanya konsen agar segera bisa menyelesaikan studinya.
  
Di tingkat III, Retno tidak menurunkan kriteria calon suaminya.  Dia lebih asyik dg organisasi juga akademisnya. Dia bersama timnya maju ke Final di LKIM (Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa). Namun kajian keluarga dia lahap juga. Tidak ada orang yg ga menginginkan membentuk keluarga Samara-(Sakinah Mawadah Warahmah).  Kajian sosial politikpun dia ikuti karna kehidupan ini juga ga lepas dari politik bukan dalam artian politik praktis saja.  Amanah yg diembanpun makin bertambah dg membina adik2 kelasnya. Waktunya begitu padat dg aktivitas.
  
Di tingkat akhir, diam2 Retno meninjau kriterianya. Dg bertambahnya usia, Retno makin dewasa dalam berpikir. Kriteria calon suaminya terlalu ideal. Dia juga ga ingin hidup bak di negeri dongeng, seperti Cinderella yg disunting oleh pangeran kaya, gagah & baik hati.  Namun kriteria utamanya tidak berubah yaitu seorang aktivis Islam walau tidak harus sekelompok yg penting hanif.  Retno tidak lagi mengkriteriakan harus cakep & kaya, yg penting bisa mencintai & menyayangi diri & keluarganya. Dia tidak merasa kesepian. Masih banyak saudaranya seiman yg bisa menemani dalam setiap aktivitas.  Apalagi sekarang hampir tak ada waktu untuk memikirkan hal itu.  Setelah PKL dia harus cepat menyelasaikan laporannya, juga mempersiapkan draf riset skripsinya. Belum amanah2 lainnya yg memang harus ia emban. Rasanya 24 jam sehari belumlah cukup.
  
Namanya Retno, lengkapnya Retno Damayanti, gadis asal Lampung keturunan Jawa.  Retno bukanlah perempuan yg ga menarik.  Malah terlalu ideal mungkin bagi para aktivis, sehingga banyak yg merasa inferior saat berhadapan dgnya. Kini semuanya menjelang senja.  Ia bukannya putus asa, ia hanya tidak mau memikirkannya lagi.  Biarlah ini menjadi takdir yg harus diterima, walau ikhtiarpun ia lakukan. Namun ia tidak akan mengobral dirinya. Kriterianya masih sama seperti dulu. Hidup tidak mesti tergantung pada pria.  “ Perkawinan bukanlah satu2nya kebahagiaan dalam hidup ini. Bukankah hukum asal menikah itu mubah? Aku ingin seperti Rabiah Aludhowiyyah, seorang sufi yg berkhikmat untuk umat.  “ ucapnya seorang diri.
  
Retno mantap dg pilihannya akan segera menyelesaikan S3nya & berkhikmat buat masyarakat.  Kalaupun ia harus melajang, ini adalah bagian ketentuan-Nya yg harus ikhlas ia terima. Retno menginginkan surga-Nya lewat jalan pengabdian lannya.  “ Bismillah”  Retno tersenyum seraya menutup bukunya dan meninggalkan perpustakaan menuju Rektorat.
  
Dari jauh tampak seorang lelaki memperhatikannya sejak tadi.  Retno tidak mengetahuinya.  Lelaki itu masih menatap kepergiannya.  “ Seandainya engkau terima pinanganku 3 tahun yh lalu, tentu engkau tidak sendirian sekarang. Sesungguhnya aku mencintaimu setulus hati….” Ucapnya lirih seorang diri.  Kata yg seharusnya ia ucapkan saat itu, namun tersimpan hingga detik ini.

Bunda Sarah: Kenangan itu.....

Bunda Sarah: Kenangan itu.....


Sebenarnya namanya Hesti, namun orang-orang biasanya memanggilnya bunda Sarah. Sarah adalah anak semata wayangnya.  Sering temen2 & tetangganya menanyakan kapan Sarah punya adik, cuma dijawab : nanti kalau Sarah sudah sekolah (TK).  Tahun depan Sarah sudah masuk SD, namun belum ada tanda2 Sarah mau punya adik.
  
Bunda Sarah (Hesti) adalah wanita berpendidikan walau akhirnya memilih mengurus rumah tangga setelah menikah.  Suaminya punya posisi penting dikantornya. Dengan rumah tipe 45/125 berlantai 2, 2 motor & sebuah Camry nongkrong di garasinya.  Secara materi keluarga muda ini berkecukupan.
 
 Belakangan ini raut bunda Sarah tidak secerah biasanya.  Juga terdengar bisik2 dari temen2 & tetangganya, bunda Sarah suka pinjam uang.  Apa uang dari suaminya ga cukup? Untuk apa uang tersebut. Dia hanya bilang kalau uang tersebut untuk membantu orang tuanya yg sedang sakit.  Kalau demikian mengapa ga ngomong sama pasanganya atau menyisihkan blanja yg diterima nya dari suami.
  
Ternyata ada yg menggelayut dihatinya, soal keluarganya di kampung.  Masih terpantri dalam ingatan bunda Sarah kecil saat orang tuanya pisah/cerai. Bunda Sarah Cuma 2 bersaudara, dia & adik perempuannya.  Semasa kecil diasuh oleh budenya dari bapak, disekolahkan sampai perguruan tinggi.  Kedua ortunya masing2 sudah menikah lagi.  Dari bapaknya ada 5 adik tiri, dari pernikahan ibunya ga punya anak.
 
 Entah apa penyebab keretakan perkawinan ortunya, bunda Sarah kecil tidak memahaminya saat itu. Yg dia ingat adalah pertengkaran2 setiap hari dirumahnya.  Tidak pagi, siang ataupun malam.  Rumah sudah bagai neraka.  Entah apa juga yg disampaikan budenya ke bunda Sarah saat itu, sehingga bunda Sarah begitu membenci ibunya.......hingga saat ini.
  
Saat ini bunda aktif mengikuti ta’lim, namun itu belum bisa melembutkan hatinya agar bisa menerima ibunya dg baik.  Dendam ke ibunya masih tersisa.  Pernah ibunya sakit keras, saudara2nya meminta dia pulang begitupun temen2 & tetangganya, bahkan suaminya pun mengajak menengok ibunya.  Namun bunda bersikukuh tidak pulang apalagi mendapat support dari budenya di kampung. Apa salah ibunya?  Bunda Sarah sudah menganggap budenya menjadi ibu.  Siapa yg mengasuh, membesarkan & menyekolahkan aku dulu....semuanya bude, begitu yg selalu dia katakan.  Saat idul fitri-pulang kampung-pun bunda tidak bersilaturahim ke rumah ibunya, padahal dia nginap di budenya (sebagai basecamp-nya saat mudik), juga berkunjung ke rumah bapaknya.  Padahal semuanya sekampung.  Ironis.
  
Suatu hari ibunya datang berkunjung ke Jakarta, siang itu bunda Sarah sedang duduk2 di taman dekat rumahnya bersama tetangganya.  Begitu ibunya datang & masuk rumah,dia tidak keluar2 rumah sampai keesokan harinya dan Sarah pun baru masuk menjelang Maghrib, tidak seperti  biasanya. Kalau sore sudah harus mandi, makan baru boleh main lagi. Sepatutnya saat neneknya datang, anak kita panggil untuk salaman & cium tangan sebagai bentuk penghormatan ke ortu.  Setelah itu silakan main kembali.  Ini tidak!  Apa salah ibunya sampai bunda Sarah memeperlakukannya seperti itu?  Bukankah Rosulullah mengajarkan untuk menghormati ibu kita sampai Rosul mengulang 3x baru setelah itu bapak, ortu yg wajib kita hormati. Berkata ” ah” saja ke ortu tidak boleh.  Pasti itu sudah seringkali didengar & diajarkan dalam ta’lim2nya.  Namun itu belum meluluhkan sikapnya.
  
Sore itu gerimis, bunda Sarah memandang ke langit saat duduk diteras atas seolah-olah menerawang masa kecilnya.  Ada rahasia yg dipendamnya dari semua orang....bahkan dari pendamping yg dicintainya.

Seandainya..........bunda Sarah mau berbagi agar resah hatinya bisa lebih lega & kekerasan sikapnya bisa lebih lembut.  Mungkin dg suaminya atau orang yg dipercayainya agar bisa menjaga amanah masalah ini, agar hati bisa dilembutkan & sikap dapat diluruskan.  Karna saat kebengkokan sudah demikian keras akan lebih sulit untuk diluruskan kalau  salah malah bisa patah.  Setidaknya harus memulai....sebelum terlambat.  Itu yg harus & wajib dilakukan bunda Sarah, Hesti Sulistiowati. Wallahua’lam.  (061209)
   

Kamis, 15 Januari 2015

Nakalnya Orang Tua

Nakalnya Orang Tua



Orang mungkin bosan banget kalau ngomongin kenakalan remaja/anak-anak. Tapi, kita jarang dengar & ada orang yang ngomongin kenakalan orang tua. Padahal, kalau mau dirunut lumayan banyak juga kenakalan ortu & memang sangat berpengaruh kepada kehidupan anak-anak. Kenakalan orang tua ini bisa diperluas bukan hanya orang tua di rumah alias keluarga kita. Tapi orang tua di masyarakat seperti guru di sekolah, orang dewasa di lingkungan sekitar, orang dewasa yang bisa kita lihat tampilan wajah dan aksinya di TV, orang dewasa yang saban hari kita temui di sekolah kehidupan kita, termasuk dalam hal ini adalah para orang tua yang menjadi pejabat di negeri ini.

Betapa kita suka lupa bahwa kenakalan remaja ga bisa lepas juga dari teladan yang sudah ada. Maka ga ada salahnya  kalau kita nyentil dikit kenakalan orang tua., semoga saja ini bisa mengingatkan para ortu yang sudah dan akan mewarnai kehidupan kita saat ini. Ortu di rumah, ortu di masyarakat, dan tentunya ortu yang bertugas sebagai pengurus negara dan rakyat. Semua itu adalah ortu kita yang seharusnya menjadi teladan yang baik buat kita dalam menjalani kehidupan ini.

Itu sebabnya, jangan sampai remaja saja yang kebetulan berbuat nakal. Sebab, kita yakin bahwa kenakalan remaja juga ada pemicunya. Kenakalan remaja ga muncul dengan sendirinya. Bisa karena lemahnya pendidikan ortunya di rumah, bisa juga karena kedodorannya pengawasan ortu di masyarakat, bahkan sangat mungkin karena lemahnya tanggung jawab ortu yang mengurus negara dengan tak memberikan penerapan aturan dan sanksi yang tegas dan benar

Kenakalan orang tua dalam ikatan keluarga

1.  Akhlak.
Wallahu’alam, apakah karena terlalu sibuk atau ga ngerti harus berbuat, banyak ortu di rumah yang abai dalam soal akhlak Islam yang baik ini. Padahal, anak  akan belajar pertama kali dari cara ortu, karena begitu dekatnya jarak antara anak dengan ortu. Misalnya, kelakuan ortu yang doyan berantem sama tetangga atau yang kasuk-kusuk ngomongin tetangga, tak jarang terjadi adu mulut sampai adu otot.  Duh, padahal kita diminta berbuat baik, kita juga dilarang mengganggu tetangga kita. Nabi saw. bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang membuat tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR Muslim)

2.  Mengabaikan pelaksanaan syariat.
Urusan sholat misalnya. Kalau ortunya aja sholatnya sesukanya atau bahkan ga sama sekali, akan menimbulkan dampak bagi anak. Apalagi jika menyuruh atau mengingatkan anaknya u/ sholat saja ga pernah. Wah, mungkin ga adil juga kalo di kemudian hari nyalahin anak yang ga sholat. Wong, orang tuanya saja ga sholat dan ga membimbing anaknya untuk sholat. Kasihan juga kan?

3.  Kasih sayang dan perhatian.
Bila anak tumbuh menjadi liar, keras, pendendam, dan tidak punya sikap penyayang. Tentu tidak muncul begitu saja. Para orang tua yang merekayasa semuanya.
Maka tidak ada ‘horor’ yang lebih menakutkan bagi anak-anak selain kehilangan kasih sayang. James Coleman, dalam Abnormal Psychology and Modern Life, menyebut kekurangan kasih sayang sebagai communicable disease (penyakit menular). Karena itu Islam sebagai agama yang membawa misi rahmatan lil ‘alamin mewajibkan orang tua untuk mengekspresikan kasih sayang mereka kepada keluarganya. “Orang yang paling baik di antara kamu ialah yang paling penyayang kepada keluarganya,” kata Rasulullah saw. Bahkan Allah Swt. berfirman:
“Bertakwalah kamu kepada Allah tempat kamu saling memohon, dan peliharalah kasih sayang dalam keluarga.” (QS an-Nisa’ [4]: 1)
Suatu ketika Luqmanul Hakim bercakap-cakap dengan anaknya. “Wahai ayah, apa yang terbaik bagi manusia?”
“Agama,” jawab Luqman.
“Kalau dua?”
“Agama dan harta.”
“Kalau tiga?”
“Agama, harta dan rasa malu.”
“Bila empat?”
“Agama, harta, rasa malu dan akhlak yang mulia.”
“Jika lima?”
Agama, harta, rasa malu, dan akhlak yang mulia dan dermawan.”
Anaknya bertanya lagi, “Jika enam?”
Luqman menjawab, “Anakku, jika yang lima itu berkumpul pada diri seorang hamba maka dia adalah orang yang bertakwa, dan Allah akan menolong orang yang menjauhi syetan.”
Rasulullah saw. bersabda, “Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR al-Bukhari)

Kenakalan orang tua di masyarakat

1.  Menciptakan suasana yang ga produktif.
Misalnya memelihara rasa malas.. Bapak-bapak kalo mereka berdua, selain ngobrol bisa juga main catur. Kalo berempat, malah ada kemungkinan main gaple. Bisa juga karaoke.  Seringnya sih begitu. Terutama kalo malam hari  Main catur dan  gaple ada yang bilang boleh aja kalau ga pakai duit alias judi. Cuma ga muru’ah aja, ga menjaga kehormatan diri . Maklumlah, orang yang kerjanya cuma gaple aja tiap malam dicap orang pangedulan alias tukang malas (idih, malas ada tukangnya juga ya?).

2. Menyediakan sarana kemaksiatan.
Ada warga masyarakat yang secara terang-terangan jual minuman keras., berbagai merek dan jumlahnya sangat banyak. Tiap malam pasti ada pesta minuman keras. So, aksi para pemabuk jadi pemandangan yang biasa dilihat setiap malam. Kebanyakan pemabuk adalah remaja. Yang buka warung itu siapa? Orang dewasa. Ya, orang tua  di masyarakat. Yang seharusnya ikut menjaga dan mendidik anak-anak remaja. Bukan menjejali ABG dan remaja dengan minuman keras.
Selain miras, kita juga udah pada apal kalo judi kini udah membudaya. Mulai dari judi togel, sabung ayam, pacuan kuda, taruhan di pertandingan sepakbola, gaple yang pake duit, rolet, casino, sampe judi via fasilitas pengiriman SMS. Waduh, itu sudah jadi tradisi yang berurat berakar. Kalo mo ditelusuri, tentu mereka yang jadi bandar judi adalah para orang tua. Ya, orang tua di masyarakat yang seharusnya menjadi pelindung dan memberikan teladan yang benar dan baik, khususnya bagi anak muda. Ternyata mereka malah memfasilitasi sarana kemaksiatan dan tentunya mencontohkan kenakalan. Menyedihkan banget.

3. Membudayakan malas belajar.
Contohnya nih, ibu-ibu yang aktif di pengajian lebih sedikit ketimbang mereka yang atas nama olahraga mengelar senam bersama dengan pakaian yang tentu saja mengumbar aurat. Ini umumnya lho, kalo yang nggak mengumbar aurat ya jangan ngambek. Belum yg membuka PS (Play Station), yg membuat anak2 ketagihan jadi game mania, akibatnya anak lupa sholat, malas makan, belajar bahkan ada yg malas sekolah.  Yg punya PS siapa? Ya…orang tua di masyarakat.  Padahal, kalau pengajian digalakan, keterampilan ttt (seperti menjahit, memasak, menulis, dsb) yang bisa dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan terus diajarkan, ada wadah remaja yg positif (abis semua pos, pos RT,RW bahkan posyandu sudah diisi oleh orang dewasa, dimana remaja mau ngepos u/ mengekspresikan talent-nya??), rasanya ga ada  yang terus memelihara rasa malasnya untuk belajar. Tul nggak?

4. Pendidik yang abai.
Mungkin kedengaran aneh ada pendidik yang abai terhadap murid atau santrinya. Tapi memang benar-benar ada dan hal ini kerap terjadi. Ada oknum guru yang mengajarkan asusila kepada murid-muridnya, ada ustadz di pesantren yang nggak konsisten menerapkan disiplin. Faktanya, kalau sempat baca berita ada oknum guru yang melakukan pelecehan seksual kepada muridnya, ada oknum ustadz di pesantren yang melarang santrinya untuk merokok, tapi dianya sendiri ‘ngebul’ terus saban hari, bahkan dengan atraktif memajang bungkus rokoknya di jendela dan lubang-lubang angin di atas pintu kamarnya. Duilee.. yang begini ini bisa memicu kenakalan anak didiknya. Mengkhawatir banget kan!!

Kenakalan orang tua di pemerintahan

Kenakalan ortu di pemerintahan dampaknya bisa lebih luas. Bahayanya bisa lebih besar. Sebab, gimana jadinya kalau pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung bagi rakyatnya justru malah mencontohkan kenakalan, efeknya jadi global  Bentuk kenakalan pemerintah: Melanggengkan kemaksiatan. Jika kenakalan ortu di masyarakat cuma menyediakan sarana kemaksiatan, maka negara (dalam hal ini pemerintah) malah melanggengkan kemaksiatan. Karena apa? Karena sudah kasih banyak izin untuk usaha-usaha pelacuran, diskotik, pabrik minuman keras, dan jenis kemaksiatan lainnya. Termasuk menutup mata terhadap problem-problem yang diakibatkan usaha pelacuran, diskotik, peredaran minuman keras dan narkoba, perjudian, dan sejenisnya. Ini adalah bentuk kenakalan ortu di pemerintahan yang sangat membahayakan.  Dengan kekuatannya sebagai pengelola negara, seharusnya para orang tua yang jadi pejabat bisa memberikan teladan yang benar dan baik. Tapi, yg ada rakyat cuma korban kenakalan yang dilakuan pemerintah yang rata-rata udah pada berumur itu (kalo dilihat dari usia, lho) Iya kan? So, jangan cuma nyalahin remaja dengan melabeli “kenakalan” ketika ada remaja yang nyandu judi, nyandu miras dan hobi mengkonsumsi narkoba, atau jadi pelacur dan sejenisnya. Karena mereka lebih banyak sebagai korban akibat kenakalan yang dilakukan oleh para orang tua di pemerintahan.

Wahai para orang tua, dengarlah …
Tolong dong jangan salahkan remaja terus. Seolah yang salah tuh remaja, yang selalu nakal tuh pasti remaja. Padahal, kami adalah korban dari kondisi yang ada saat ini. Banyak ortu di rumah yang kurang peduli, kurang menyayangi kami, dan nggak serius mengarahkan kami ke jalan yang benar. Memang nggak semua dari ortu di rumah itu nakal, tapi sayangnya ortu yang baik tuh kalah jumlahnya dengan ortu yang nakal.

Begitupun dengan para ortu di masyarakat, mohon dengarlah keluhan remaja. Sudah begitu banyak masalah yang ditimbulkan akibat kenakalan para orang tua di masyarakat yang seharusnya menjadi pilar kedua dalam penegakan hukum. Tapi, mereka malah menyediakan sarana kemaksiatan, menciptakan budaya yang nggak produktif, dan membiasakan malas belajar serta mendidik yang setengah hati. Belum lagi para orang tua di masyarakat yang menjadi pemilik media massa (baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan juga internet) yang ‘hobi’ menampilkan bacaan, gambar dan tontonan yang merusak akhlak (pornografi, kekerasan, dan seks bebas) yang berlindung atas nama bisnis. Duh, tolong jangan salahkan remaja secara mutlak akibat kenakalan ortu di masyarakat ini. Remaja sudah cukup menderita.

Juga kepada para ortu di pemerintahan, yakni ortu yang menjadi pejabat negara. Seharusnya ini adalah pilar paling kuat dalam penegakan hukum, tapi nyatanya malah ikut-ikutan nakal. Padahal kenakalan yang dilakukannya berdampak lebih besar bagi seluruh rakyat. Wahai para pejabat negara, dengarlah kesedihan kami akibat kenakalan yang bapak-ibu lakukan dengan menerapkan aturan kehidupan yang nggak benar dan nggak baik, yakni Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-Komunisme & Neoliberalisme). Karena yang benar adalah Islam. Pasti.

Meski yang kita sorot adalah kenakalan orang tua, tapi bukan berarti sebagai remaja  mengampuni diri sendiri dengan menimpakan semuanya kepada kalangan orang tua, karena kita juga wajib belajar dan wajib menjadi benar dan baik dalam hidup ini. Mari kita terus berjuang mengingatkan para orang tua di rumah, di masyarakat, dan ortu di pemerintahan untuk nggak nakal lagi. Juga remajanya. Yuk, perbaiki diri kita dan jangan ikut-ikutan nakal. So, mari bina diri kita dengan cara mengkaji Islam dengan lebih semangat dan lebih serius lagi. Semoga ini menjadi renungan bagi kita semua.
(Dari berbagai sumber & fakta).

Sabtu, 10 Januari 2015

NABILA : Apa yang kau cari ??

NABILA : Apa yang kau cari ??

 


    Di sebuah café Metropolitan Mall, Bekasi, seorang lelaki sedang menikmati kesendiriannya.  Dihirupnya Capucinno perlahan.  Sore begitu cerah, baru saja dia menyelesaikan meeting dg klien kakapnya di Hotel Horison.  Sekarang sedang rileks sebentar sambil mengatur agenda untuk dinner nanti malam dg klien yg lain.  Sebagai pengusaha yg cukup sukses, hampir seluruh perhatiannya tersita tuntas buat pekerjaannya.  Dia tergolong workoholic.
    Diseberang mejanya, tiga ABG dg juicenya,  memperhatikan diam-diam.  Lelaki itu tak tahu kalau sedang diperhatikan.  Pikirannya hanya focus diplan bisnisnya.  Tiga ABG dg putih abu-abunya terus memperhatikan lelaki itu.  Salah seorang memberanikan diri untuk menegur, “ Sendirian Om?”
    “ Oh iya..” jawab lelaki itu  seraya menatap remaja di depannya.
    “ Nama saya Santi, itu temen-temenku, Ranti dan Emma”
    “ Baru pulang sekolah?”
    “ Iya om”
    Santi, Ranti dan Emma, tiga remaja SMA yg bersahabatan.  Selepas pulang sekolah mereka tidak langsung ke rumah.  Dihabiskan waktunya untuk hangout bersama, bada maghrib baru mereka pulang.
    Santi anak seorang pejabat yg sibuk, paling cepat selepas Isya ayahnya baru sampai di rumah bahkan kadang sampai tengah malam.  Ibunya pun tak kalah sibuk dg aktivitas sosialitanya, arisan, kegiatan PKK dll. Praktis hanya waktu sarapan mereka bisa kumpul bareng, itupun kalau beruntung.  Santi anak kedua, kakaknya sudah kuliah di luar kota, sehingga dia hanya ditemani pembantunya di rumah.  Sepi sering menerpanya.
    Ranti anak tunggal pengusaha sukses.  Papanya sering tugas luar kota mengerjakan proyek-proyeknya.  Mamanya seorang wanita karir, dg posisi yg bagus.  Ranti tidak terlalu peduli dg  kesibukan kedua ortunya, asal segala kebutuhannya terpenuhi termasuk uang saku untuk hangout bersama temen-temannya. Fasilitas Ranti selalu up to date.  Bukankah mereka juga sibuk dg urusannya sendiri.
    Berbeda dg kedua temanya, Santi dan Ranti, Emma bukanlah dari keluarga kaya.  Bapaknya seorang pedagang, mempunyai kios di pasar yg ditungguin dari pagi sampai malam.  Ibunya sudah lama tiada saat melahirkan adiknya yg  kelima.  Ada saudara jauh bapaknya yg membantu mengasuh adik-adiknya.  Dg delapan orang dalam rumah 36, membuat Emma tidak betah berlama-lama di rumah.  Sehabis sekolah waktunya dihabiskan buat jalan-jalan ke mana saja untuk menghilangkan stresnya.
    Santi, Ranti dan Emma dipertemukan dalam satu sekolah yg sama dan kebutuhan yg sama sehingga membuat mereka cepat akrab satu sama lainnya.  Mereka bersahabat walau dari status ekonomi yg berbeda.
    “ Apa yg kalian lakukan sepulang sekolah?” Tanya lelaki itu seraya mempersilakan ketiga ABG duduk semeja dgnya..
    “ Biasa om, anak muda. Kita cari kesenangan, dari pada bete di rumah”, jawab Ranti sambil melirik kedua temannya.
    “ Kalau mau, Om bisa ajak kami jalan-jalan kemana saja, ke café, hotel atau motel juga bisa.  Tapi kami punya batas-batas, Om.  Hanya sekedar makan minum dan pegang-pegang saja.  Selebihnya tidak boleh “ ujar Santi yg di anggukan kedua temannya juga.
    Lelaki itu kaget & terkejut mendengarnya.  Padahal tampaknya ketiga ABG ini remaja baik-baik. Pakaian dan dandanannya juga tidak seronok. Masih pakai putih abu-abu lengkap dg badge nama sebuah sekolah cukup terkenal di wilayah Bekasi, berarti satu sekolah dg anak gadisnya. Ah…lama sekali ga bercengkrama dg anaknya yg tentu seusia 3 ABG di depannya. 
    “ Kalian lakukan itu semua selepas pulang sekolah?” Tanya lelaki itu.
    “ Apa salahnya Om? Asal saling menyenangkan…..”
    “ Bagaimana dg orang tua kalian?”
    “ Mana mereka tahu Om”
    Lelaki itu terdiam tak berkata apapun, dia hanya heran.  Ini seperti cerita-cerita di sinetron atau novel.
    “  Kalau Om minta yg lebih dari itu, kita ada teman yg bisa dan mau di perlakukan semau yg bawa…asal kita juga diajak jalan-jalan dan makan minum, Om “ kata Emma hati-hati.
    “ Siapa?”
    “ Nabila Om namanya”
    “ Nabila?” ucap lelaki itu lirih, hampir tak terdengar.  Nama yg begitu dikenalnya, namun terasa asing .  Alangkah jauh.jarak dia dg  anaknya itu sekarang, sampai tak diketahui aktivitasnya…….

Jumat, 09 Januari 2015

ALVINO : Berbeda bisa bersatu



ALVINO : Berbeda bisa bersatu



“Assalamu’alaikum Abi….Alvino neh”
“Wa’alaikum salam warahmatulahi wabarakatuh….masuk..masuk!”
Abu Raihan mempersilakan Alvino duduk di teras rumahnya, hari masih sore. Abi demikian Alvino memanggilnya. Abu Raihan adalah mentor di SMAnya pun guru Biologinya.  Beliau adalah sosok guru ideal, minimal dimata Alvino and the gang.  Dibina 3 tahun oleh beliau membuat keakraban seperti dg sahabat, kadang seperti ortunya namun bisa tegas bagai jendral ke prajuritnya. Alvino & temen2nya menyukainya…..bahkan mengidolakan selaku pendidik.  
Sore itu Alvino datang, masih lengkap dg rangsel di punggungnya. Wajahnya masih kusut & berdebu. Dari Jogya langsung ke Merpati 24, rumah gurunya, Abu Raihan.  Tak seperti biasanya, rautnya tegang, matanya merah dan tingkahnya gelisah. 
“ Ada masalah apa? Belum mampir ke rumah ya, pasti ibu sudah kangen tu…” sapa Abu Raihan. Beliau hafal benar dg mantan anak didiknya, walau sudah 7 tahun lebih mereka meninggalkan kota ini.  Namun komunikasi tetap jalan.  Sekarang lebih mudah, ada milis, FB & sms. Setiap tahun ada kumpul bareng saat Idul Fitri, walau mereka sudah menyebar ke kota lain untuk menuntut ilmu.
” Saya lagi pusing neh Bi....BT banget”
” Ya sudah....sana bersih2 dulu, sekalian sholat kalau belum”
” Sholat sih udah. Kok sepi Bi? Raihan & Zahra kemana?” tanya Vino saat masuk ruang tengah mau ke kamar mandi..
” Ummi sama anak2 keluar. Maghrib nanti baru pulang”
  Alvino sudah seperti anaknya, diapun akrab dg Raihan & Zahra.  Raden Alvino Kusuma Hadiningrat, anak tunggal keluarga Kusuma Hadiningrat  bangsawan dari Parahyangan.  Dia adalah salah satu binaanya yg istimewa, kritis, sering punya ide2 cemerlang & mempunyai jiwa pemimpin serta sangat begitu dekat dgnya melebihi ortunya.  Hampir tak ada masalah yg tak diketahui Abu Raihan bahkan untuk hal2 yg pribadi, Alvino begitu terbuka.  Saat dia mau kuliah di Jogya sempat bersitegang dg ibunya yg mengingnkan ke Bandung, dekat dg neneknya.  Tapi Alvino kekeh ingin ke Jawa, biar ada wawasan budaya katanya saat itu.  Abu Raihanlah yg mengakurkannya, sampai Alvino diterima di Elektro-UGM.
” Gimana sudah fresh kan, sini minum teh dulu” 
” Makasih ....Abi tahu aja kalau Vino haus”
” Nah sekarang apa yg membuat Vino BT?”
” Vino lagi bete begete ama guru ngaji yg sekarang. Sebenarnya masalah ini sudah 6 bulan yg lalu tapi saat itu Vino mencoba untuk menyelesaikan sendiri, ya belajar dewasalah. Namun kok makin runyam.” ucap Vino mengawali curhatnya.
” Baguslah biar Vino juga mandiri”
” Sebenarnya saat itu Vino mau curhat, tapi keburu dengar Abi Masuk RS...jadi ya Vino ga mau menambah beban Abi. Enam (6) bulan yg lalu Vino dipindah ngajinya. Ga tahu kenapa, selidik punya selidik ternyata karna Vino menolak calon yg diajukan beliau. Bagi Vino sih ga masalah, malah bisa buat tambah wawasan dg lingkungan baru.  Tapi 2 bulan kemudian Vino ditarik kembali.  Abi tahu kan 3 bulan kemarin Vino ta’aruf dg akhwat. Vino hanya crita dg Abi & Ali, sahabat Vino. Karna ini juga tahap proses sehingga Vino belum ngomong ke temen2 lainnya termasuk ustadz Vino. Baru sebulan yg lalu setelah ada lampu hijau dari sang akhwat Vino lapor ke guru Vino. Tapi justru ini yg jadi masalah. Guru Vino marah karna ga dilibatkan dari awal. Beliau bilang ga mau bertanggungjawab kalau ada apa2 nantinya.  Dan lebih marah lagi saat tahu siapa calon Vino. Beliau akan memboikot pernikahan Vino nantinya”
” Boikot? Emang dia yahudi?” tanya Abu Raihan heran.
” Ya enggak bi....mana ada Yahudi di sini. Dia orang Purbalingga-Jateng.”
” Yahudi itu sifat & karakter, bukan ras. Bukankah dia sudah sesuai kriteria calon istri dalam islam, yaitu agamanya baik.  Terus kenapa mau diboikot?”
” Mungkin karna beda bi..”
”  La kalau sama kan malah haram....sama jenisnya” canda Abi.
” Beda gerakan bi......beda ngajinya.”
” Wah malah bagus itu......bisa menambah wawasan & fastabiqul khoirat”
” Ya itu masalahnya.......Vino juga ga ngerti, apa jodoh kita harus ditentukan oleh guru ngaji kita.  Harus menerima calon dari beliau, walau kita ga suka. Harus menikah dg orang yg satu pengajian. Kasusnya sama dg sahabat Vino , walimahnya diboikot guru & temen2nya karna menikah bukan dg pilihan ustaznya.  Teman grupnya sebenarnya mau datang tapi mereka masih sungkan dg ta’limat gurunya yg akan mengiqob siapa saja yg datang di walimah tersebut..  Akhirmya mereka hanya kirim sms.  Sekarang sahabat Vino vakum ngajinya & benci dg gurunya.  Vino ga pingin seperti itu.”
’ Vino sudah istiharoh  & mencari informasi sebanyak2nya ttg dia kan?”
”  Sudah bi...sesuai saran Abi.  Dan hasilnya Vino mantap dg dia”
” Sudah ngomong dg ibu?”
”Vino baru bilang ingin menikah.  Beliau Cuma berpesan agar calon Vino seiman, baik, cinta sama Vino & keluarga.  Dan menyerahkan sepenuhnya ke Vino. Kalau calonnya bisa membahagiakan Vino & Vino mencintainya. Ibu akan merestuinya, katanya saat itu. Sekarang baru mau bilang  ttg calon Vino”
” Ok-lah kalau begitu.  Kalau ibu sudah merestui & Vino sudah mantap, tunggu apalagi?  Oh iya...punya foto dia?” tanya Abi.
”  Ini bi.....” jawab Vino seraya menyerahkan selembar foto.
” Lo.. semuanya?”
”  Ya enggak lah bi...... masa empat2nya, nanti abi ngiri lagi  Itu akhwat yg pakai gamis biru berkacamata”
” Ooh.....masih jamil-an Rini, calon ke-3 yg kau tolak” canda Abi.
” Tak tahulah....kenapa Vino terpesona dg pandangan pertama, walau hanya di foto.  Tapi bi....saat ta’aruf kemarin aslinya lebih ok. Trus gimana kalau beda ngajinya bi?”
” Ada masalah? ”
” Saat ini sih belum.  Kita sudah tahu semuanya & berusaha untuk komitmen agar bisa bersinergi nantinya. Bekerja sama untuk hal-hal yg disepakati & toleransi untuk hal yg berbeda dalam masalah2 ijtihadiyah. Senior Vino juga ada yg begitu....sampai saat ini kelihatannya ga masalah, malah tambah semangat dalam mengkaji Islam & sering diskusi di rumah.  Vino ingin seperti mereka.”
” Memang ....menurut abi.dalam pernikahan sebaiknya sekufu walau tidak harus.  Namun kalau memang tidak itu bisa diatasi dg komunikasi yg baik & komitmen bersama.  Soal pemahaman keislaman itupun harus dikomunikasikan agar ga terjadi misunderstanding & miskomunikasi.  Selama Allahnya sama, Rosulnya sama & kitabnya sama......Abi pikir ga masalah.  Asal ya itu  komunikasi & komitmen yg baik untuk bisa saling mengisi, membagi kelebihan & menutup kekurangan untuk sama2 menggapai ridho Allah.  Walau ngajinya beda pasti ada titik temu, cari yg sama jangan korek yg beda.  Bismillah aja !”
” Terus masalah dg ustaz Vino gimana?”
” Bicarakan baik2.  Insya Allah beliau bisa memahami.  Kalau enggak.....Vino punya hak untuk pindah mencari guru yg lebih bijak.  Insya Allah masih banyak kok”
” Wah...kalau abi di sana....Vino minta ngaji lagi dg Abi ”
” Ngajilah dg siapa saja.  Saat kita sudah terbentuk dg blue print keislaman yg baik, makin banyak kita ngaji dg berbagai guru dari berbagai kalangan & pemahaman selama masih dalam koridor yg benar, akan menambah wawasan kita & kita akan lebih arif saat memandang suatu masalah.  Ga hanya memandang dari satu sisi/pendapat saja.  Silaturahim kita juga lebih luas. Ukhuwah juga bisa ditingkatkan.  Pendapat kita benar tapi ada kemungkinan mengandung kesalahan, pendapat anda salah namun bisa jadi mengandung kebenaran, begitu kata Imam Syafi’i.  Para Imam walau berbeda pendapat mereka tetap menjalin silarurahim & ukhuwah dg sangat baik, ga secara politis saja.  Bahkan mereka ga merasa malu  atau rendah jika harus memakai hujjah para imam yg lain selama memang hujjah itu lebih kuat dibanding dg pendapatnya sendiri.  Pendapat/hujjah yg kuat itulah hujjahku, begitu pedomana para Imam madzab.  Ini bisa kita teladani”
” Jadi......”
” Ya mantapkan hatimu.... dg memohon petunjuk dari Allah” sahut Abu Raihan.
” Ok deh Bi...... Vino pamit dulu, mau ngomong dg ibu.  Doain semoga semua lancar. Insya Allah tahun ini juga Vino mau mengakhiri masa lajangnya.”
” Amin...”
” Assalamu’alaikum”
” Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh...”
Ditatapnya punggung Alvino yg sudah sampai di halaman depan. Seraya tersenyum Abu Raihan mengenang 10 tahun silam.............

Zidane : We Love U so Much

Zidane : We Love U so Much

  

Tiba-tiba Zidane memegang tangan Umminya sebelum masuk boarding stasiun.
" Maaf ummi......Zidane mau nanya, kenapa Ummi ga pernah nangis saat nganter Zidane di stasiun atau saat mau pulang abis nengok di pondok ummi pun ga meneteskan air mata seperti bunda & umminya temen-temen Zidane.  Ummi hanya tersenyum. Apa Ummi ga sedih & merasa kehilangan Zidane selama mondok??"  Tanya Zidane seraya menunduk.  Plong sudah apa yang selama ini menggayut dibenaknya.  Tiga tahun sudah tanya itu dia simpan. Dulu ia ingin bertanya tapi takut kalau jawabannya akan mematahkan semangatnya.  Zidane khawatir ummi sengaja membuang dirinya di Pondok ini karena kebandelan dan nakalnya serta sering membuat umminya sedih. Jawaban itulah yang sangat Zidane takuti.  Sekarang Zidane sudah siap dengan jawaban Ummi sepahit apapun.

Ummi Zidane tercekat dan menatap lekat putra sulungnya.
" Kakak ingin tahu jawaban ummi? "
" Iya ummi..." angguk Zidane.

Direngkuh dan dipeluknya putra sulungnya erat.......seraya berbisik: " Ummi tidak ingin terlihat sedih di depan kakak, karna akan memberikan aura negatif yang bisa menurunkan semangat kakak di pondok.  Ummi ingin kakak selalu semangat, happy, ceria sehingga aura positif tersebut senantiasa bersama kakak dalam menimba ilmu di pondok ini." jawab ummi Zidane singkat.
" Engkau ga tahu anakku....betapa hati ini terasa ada yang hilang saat pertama kali meninggalkan dirimu di Pondok ini.  Kenapa ummi segera memalingkan muka sesaat setelah memelukdan mencium dirimu.  Ummi ga mau air mata ini menetes di depanmu.  Karena air itu sudah ga terbendung lagi dan akhirnya jatuh bersamaan kendaraan yang membawanya meninggalkan Pondok putra tercintanya.  Itulah alasannya kenapa ummi selalu terlihat tersenyum dan tak ingin lama-lama menatap wajah sulungnya."  batin Umii Zidane.

" Itu dulu Ummi.....sekarang kalau pun ummi meneteskan air mata..Zidane akan tetep semangat untuk menuntaskan menimba ilmu di Pondok.  Mohon doanya slalu ya ummi"

"Iya...mujahidku sayang....tanpa diminta pun ummi senantiasa bermunajat ke Illahi untuk kesuksesan kakak dunia akherat".

Pelukan ummi Zidane makin erat dan jatuhlah air hangat membasahi punggung sulungnya.  Dan Zidane pun merasakan hangatnya air tersebut merayap sampai sumsum tulang belangnya.  Sekarang Zidane makin yakin akan cinta umminya dan berjanji akan membahagiakan orang yang ia cintai terutama umminya.