Nakalnya Orang Tua
Orang mungkin bosan banget kalau ngomongin kenakalan remaja/anak-anak. Tapi, kita jarang dengar & ada orang yang ngomongin kenakalan orang tua. Padahal, kalau mau dirunut lumayan banyak juga kenakalan ortu & memang sangat berpengaruh kepada kehidupan anak-anak. Kenakalan orang tua ini bisa diperluas bukan hanya orang tua di rumah alias keluarga kita. Tapi orang tua di masyarakat seperti guru di sekolah, orang dewasa di lingkungan sekitar, orang dewasa yang bisa kita lihat tampilan wajah dan aksinya di TV, orang dewasa yang saban hari kita temui di sekolah kehidupan kita, termasuk dalam hal ini adalah para orang tua yang menjadi pejabat di negeri ini.
Betapa kita suka lupa bahwa kenakalan remaja ga bisa lepas juga dari teladan yang sudah ada. Maka ga ada salahnya kalau kita nyentil dikit kenakalan orang tua., semoga saja ini bisa mengingatkan para ortu yang sudah dan akan mewarnai kehidupan kita saat ini. Ortu di rumah, ortu di masyarakat, dan tentunya ortu yang bertugas sebagai pengurus negara dan rakyat. Semua itu adalah ortu kita yang seharusnya menjadi teladan yang baik buat kita dalam menjalani kehidupan ini.
Itu sebabnya, jangan sampai remaja saja yang kebetulan berbuat nakal. Sebab, kita yakin bahwa kenakalan remaja juga ada pemicunya. Kenakalan remaja ga muncul dengan sendirinya. Bisa karena lemahnya pendidikan ortunya di rumah, bisa juga karena kedodorannya pengawasan ortu di masyarakat, bahkan sangat mungkin karena lemahnya tanggung jawab ortu yang mengurus negara dengan tak memberikan penerapan aturan dan sanksi yang tegas dan benar
Kenakalan orang tua dalam ikatan keluarga
1. Akhlak.
Wallahu’alam, apakah karena terlalu sibuk atau ga ngerti harus berbuat, banyak ortu di rumah yang abai dalam soal akhlak Islam yang baik ini. Padahal, anak akan belajar pertama kali dari cara ortu, karena begitu dekatnya jarak antara anak dengan ortu. Misalnya, kelakuan ortu yang doyan berantem sama tetangga atau yang kasuk-kusuk ngomongin tetangga, tak jarang terjadi adu mulut sampai adu otot. Duh, padahal kita diminta berbuat baik, kita juga dilarang mengganggu tetangga kita. Nabi saw. bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang membuat tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR Muslim)
2. Mengabaikan pelaksanaan syariat.
Urusan sholat misalnya. Kalau ortunya aja sholatnya sesukanya atau bahkan ga sama sekali, akan menimbulkan dampak bagi anak. Apalagi jika menyuruh atau mengingatkan anaknya u/ sholat saja ga pernah. Wah, mungkin ga adil juga kalo di kemudian hari nyalahin anak yang ga sholat. Wong, orang tuanya saja ga sholat dan ga membimbing anaknya untuk sholat. Kasihan juga kan?
3. Kasih sayang dan perhatian.
Bila anak tumbuh menjadi liar, keras, pendendam, dan tidak punya sikap penyayang. Tentu tidak muncul begitu saja. Para orang tua yang merekayasa semuanya.
Maka tidak ada ‘horor’ yang lebih menakutkan bagi anak-anak selain kehilangan kasih sayang. James Coleman, dalam Abnormal Psychology and Modern Life, menyebut kekurangan kasih sayang sebagai communicable disease (penyakit menular). Karena itu Islam sebagai agama yang membawa misi rahmatan lil ‘alamin mewajibkan orang tua untuk mengekspresikan kasih sayang mereka kepada keluarganya. “Orang yang paling baik di antara kamu ialah yang paling penyayang kepada keluarganya,” kata Rasulullah saw. Bahkan Allah Swt. berfirman:
“Bertakwalah kamu kepada Allah tempat kamu saling memohon, dan peliharalah kasih sayang dalam keluarga.” (QS an-Nisa’ [4]: 1)
Suatu ketika Luqmanul Hakim bercakap-cakap dengan anaknya. “Wahai ayah, apa yang terbaik bagi manusia?”
“Agama,” jawab Luqman.
“Kalau dua?”
“Agama dan harta.”
“Kalau tiga?”
“Agama, harta dan rasa malu.”
“Bila empat?”
“Agama, harta, rasa malu dan akhlak yang mulia.”
“Jika lima?”
Agama, harta, rasa malu, dan akhlak yang mulia dan dermawan.”
Anaknya bertanya lagi, “Jika enam?”
Luqman menjawab, “Anakku, jika yang lima itu berkumpul pada diri seorang hamba maka dia adalah orang yang bertakwa, dan Allah akan menolong orang yang menjauhi syetan.”
Rasulullah saw. bersabda, “Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR al-Bukhari)
Kenakalan orang tua di masyarakat
1. Menciptakan suasana yang ga produktif.
Misalnya memelihara rasa malas.. Bapak-bapak kalo mereka berdua, selain ngobrol bisa juga main catur. Kalo berempat, malah ada kemungkinan main gaple. Bisa juga karaoke. Seringnya sih begitu. Terutama kalo malam hari Main catur dan gaple ada yang bilang boleh aja kalau ga pakai duit alias judi. Cuma ga muru’ah aja, ga menjaga kehormatan diri . Maklumlah, orang yang kerjanya cuma gaple aja tiap malam dicap orang pangedulan alias tukang malas (idih, malas ada tukangnya juga ya?).
2. Menyediakan sarana kemaksiatan.
Ada warga masyarakat yang secara terang-terangan jual minuman keras., berbagai merek dan jumlahnya sangat banyak. Tiap malam pasti ada pesta minuman keras. So, aksi para pemabuk jadi pemandangan yang biasa dilihat setiap malam. Kebanyakan pemabuk adalah remaja. Yang buka warung itu siapa? Orang dewasa. Ya, orang tua di masyarakat. Yang seharusnya ikut menjaga dan mendidik anak-anak remaja. Bukan menjejali ABG dan remaja dengan minuman keras.
Selain miras, kita juga udah pada apal kalo judi kini udah membudaya. Mulai dari judi togel, sabung ayam, pacuan kuda, taruhan di pertandingan sepakbola, gaple yang pake duit, rolet, casino, sampe judi via fasilitas pengiriman SMS. Waduh, itu sudah jadi tradisi yang berurat berakar. Kalo mo ditelusuri, tentu mereka yang jadi bandar judi adalah para orang tua. Ya, orang tua di masyarakat yang seharusnya menjadi pelindung dan memberikan teladan yang benar dan baik, khususnya bagi anak muda. Ternyata mereka malah memfasilitasi sarana kemaksiatan dan tentunya mencontohkan kenakalan. Menyedihkan banget.
3. Membudayakan malas belajar.
Contohnya nih, ibu-ibu yang aktif di pengajian lebih sedikit ketimbang mereka yang atas nama olahraga mengelar senam bersama dengan pakaian yang tentu saja mengumbar aurat. Ini umumnya lho, kalo yang nggak mengumbar aurat ya jangan ngambek. Belum yg membuka PS (Play Station), yg membuat anak2 ketagihan jadi game mania, akibatnya anak lupa sholat, malas makan, belajar bahkan ada yg malas sekolah. Yg punya PS siapa? Ya…orang tua di masyarakat. Padahal, kalau pengajian digalakan, keterampilan ttt (seperti menjahit, memasak, menulis, dsb) yang bisa dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan terus diajarkan, ada wadah remaja yg positif (abis semua pos, pos RT,RW bahkan posyandu sudah diisi oleh orang dewasa, dimana remaja mau ngepos u/ mengekspresikan talent-nya??), rasanya ga ada yang terus memelihara rasa malasnya untuk belajar. Tul nggak?
4. Pendidik yang abai.
Mungkin kedengaran aneh ada pendidik yang abai terhadap murid atau santrinya. Tapi memang benar-benar ada dan hal ini kerap terjadi. Ada oknum guru yang mengajarkan asusila kepada murid-muridnya, ada ustadz di pesantren yang nggak konsisten menerapkan disiplin. Faktanya, kalau sempat baca berita ada oknum guru yang melakukan pelecehan seksual kepada muridnya, ada oknum ustadz di pesantren yang melarang santrinya untuk merokok, tapi dianya sendiri ‘ngebul’ terus saban hari, bahkan dengan atraktif memajang bungkus rokoknya di jendela dan lubang-lubang angin di atas pintu kamarnya. Duilee.. yang begini ini bisa memicu kenakalan anak didiknya. Mengkhawatir banget kan!!
Kenakalan orang tua di pemerintahan
Kenakalan ortu di pemerintahan dampaknya bisa lebih luas. Bahayanya bisa lebih besar. Sebab, gimana jadinya kalau pemerintah yang seharusnya menjadi pelindung bagi rakyatnya justru malah mencontohkan kenakalan, efeknya jadi global Bentuk kenakalan pemerintah: Melanggengkan kemaksiatan. Jika kenakalan ortu di masyarakat cuma menyediakan sarana kemaksiatan, maka negara (dalam hal ini pemerintah) malah melanggengkan kemaksiatan. Karena apa? Karena sudah kasih banyak izin untuk usaha-usaha pelacuran, diskotik, pabrik minuman keras, dan jenis kemaksiatan lainnya. Termasuk menutup mata terhadap problem-problem yang diakibatkan usaha pelacuran, diskotik, peredaran minuman keras dan narkoba, perjudian, dan sejenisnya. Ini adalah bentuk kenakalan ortu di pemerintahan yang sangat membahayakan. Dengan kekuatannya sebagai pengelola negara, seharusnya para orang tua yang jadi pejabat bisa memberikan teladan yang benar dan baik. Tapi, yg ada rakyat cuma korban kenakalan yang dilakuan pemerintah yang rata-rata udah pada berumur itu (kalo dilihat dari usia, lho) Iya kan? So, jangan cuma nyalahin remaja dengan melabeli “kenakalan” ketika ada remaja yang nyandu judi, nyandu miras dan hobi mengkonsumsi narkoba, atau jadi pelacur dan sejenisnya. Karena mereka lebih banyak sebagai korban akibat kenakalan yang dilakukan oleh para orang tua di pemerintahan.
Wahai para orang tua, dengarlah …
Tolong dong jangan salahkan remaja terus. Seolah yang salah tuh remaja, yang selalu nakal tuh pasti remaja. Padahal, kami adalah korban dari kondisi yang ada saat ini. Banyak ortu di rumah yang kurang peduli, kurang menyayangi kami, dan nggak serius mengarahkan kami ke jalan yang benar. Memang nggak semua dari ortu di rumah itu nakal, tapi sayangnya ortu yang baik tuh kalah jumlahnya dengan ortu yang nakal.
Begitupun dengan para ortu di masyarakat, mohon dengarlah keluhan remaja. Sudah begitu banyak masalah yang ditimbulkan akibat kenakalan para orang tua di masyarakat yang seharusnya menjadi pilar kedua dalam penegakan hukum. Tapi, mereka malah menyediakan sarana kemaksiatan, menciptakan budaya yang nggak produktif, dan membiasakan malas belajar serta mendidik yang setengah hati. Belum lagi para orang tua di masyarakat yang menjadi pemilik media massa (baik cetak maupun elektronik: koran, majalah, tabloid, radio, televisi, dan juga internet) yang ‘hobi’ menampilkan bacaan, gambar dan tontonan yang merusak akhlak (pornografi, kekerasan, dan seks bebas) yang berlindung atas nama bisnis. Duh, tolong jangan salahkan remaja secara mutlak akibat kenakalan ortu di masyarakat ini. Remaja sudah cukup menderita.
Juga kepada para ortu di pemerintahan, yakni ortu yang menjadi pejabat negara. Seharusnya ini adalah pilar paling kuat dalam penegakan hukum, tapi nyatanya malah ikut-ikutan nakal. Padahal kenakalan yang dilakukannya berdampak lebih besar bagi seluruh rakyat. Wahai para pejabat negara, dengarlah kesedihan kami akibat kenakalan yang bapak-ibu lakukan dengan menerapkan aturan kehidupan yang nggak benar dan nggak baik, yakni Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-Komunisme & Neoliberalisme). Karena yang benar adalah Islam. Pasti.
Meski yang kita sorot adalah kenakalan orang tua, tapi bukan berarti sebagai remaja mengampuni diri sendiri dengan menimpakan semuanya kepada kalangan orang tua, karena kita juga wajib belajar dan wajib menjadi benar dan baik dalam hidup ini. Mari kita terus berjuang mengingatkan para orang tua di rumah, di masyarakat, dan ortu di pemerintahan untuk nggak nakal lagi. Juga remajanya. Yuk, perbaiki diri kita dan jangan ikut-ikutan nakal. So, mari bina diri kita dengan cara mengkaji Islam dengan lebih semangat dan lebih serius lagi. Semoga ini menjadi renungan bagi kita semua.
(Dari berbagai sumber & fakta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar